HP Aku Bunyi, Kupikir Bonus Free Spin, Ternyata Dia

Kamis pagi (10 Juli 2025), aku sedang di kamar, menggulir-gulir layar HP berharap scatter muncul. Tiba-tiba, layar menyala. Notifikasi masuk. Kupikir, “Wah, free spin gratis nih!” Tapi waktu kubuka... bukan game, bukan saldo. Itu dia.

Nama yang sudah berbulan-bulan hilang, muncul lagi. Cuma satu pesan: “Masih inget akun slot kita gak?”

Deg. Kenangan langsung berdatangan. Dari pertama kali main slot bareng dia, saling tukar strategi jam hoki, sampai nyimpen password akun bareng-bareng. Rasanya campur aduk: antara mau ketawa, nangis, dan uninstall aplikasi semua sekaligus.

Slot dan Rasa yang Tak Selesai

Aku tahu mungkin konyol, tapi tiap kali dapet free spin, aku inget dia. Karena dulu, kami selalu selebrasi bareng kalau scatter muncul. Kadang sampai ngopi tengah malam sambil debat, “Mending manual apa buy spin sih?”

Dan lucunya, game slot jadi bagian dari bahasa cinta kami. Ada satu waktu kami kalah bareng, dan dia cuma bilang, “Tenang, besok kita hoki bareng lagi.” Itu lebih bikin adem daripada kata ‘aku cinta kamu’ yang sering diucap tanpa makna.

Jadi ketika notifikasi HP-ku bunyi dan ternyata dari dia, bukan dari game, dunia rasanya berhenti sejenak. Karena ternyata... aku belum selesai.

Lucunya, sebelum pesan itu datang, aku sempat bilang ke diri sendiri, “Udah, buang aja akun lama. Ganti baru, mulai dari nol.” Tapi ternyata gak semudah itu. Karena akun itu bukan cuma soal game. Tapi kenangan. Dan kenangan itu susah banget dihapus pakai tombol 'delete'.

Aku, Dia, dan Akun Gacor Itu

Ya, kami masih share akun itu. Entah kenapa gak pernah hapus. Kadang aku masih cek histori spin-nya. Aku tahu dia juga main. Ada jejaknya. Ada scatter besar yang aku gak pernah dapat.

Bahkan kadang, aku bisa tahu kapan dia lagi sedih. Karena waktu scatter dapet, dia gak klaim. Dia biarin aja saldo ngendap. Itu bukan dia yang biasanya. Dan aku bisa nebak, “Oh, dia lagi nahan sesuatu.”

Ironis, ya? Kita gak saling sapa, tapi masih rebutan maxwin dari akun yang sama. Dia kirim pesan bukan buat balikan, tapi cuma nanya satu hal: “Mau pakai akun itu terus gak?”

Aku gak langsung jawab. Aku cuma buka game-nya, lihat saldo sisa, dan muter satu kali. Zonk. Seolah semesta bilang, “Belum waktunya, Lauren.”

RTP Hubungan Kita Turun Drastis

Kalau hubungan bisa diukur dengan RTP, mungkin sekarang tinggal 28%. Scatter-nya cuma kenangan, buy spin-nya udah habis. Tapi entah kenapa, aku masih nunggu. Nunggu HP bunyi lagi, berharap bukan dari game, tapi dari dia... yang masih inget rasanya menang bareng.

Aku sempat mikir, kenapa dia nanya soal akun itu. Apa dia rindu? Atau cuma pengin nutup semua chapter yang tertinggal? Tapi bukankah itu juga bentuk rindu? Rindu pada masa di mana kita percaya keberuntungan bisa dibagi dua.

Temenku bilang, “Lu tuh bego, masih kepikiran orang yang bahkan cuma nanya soal akun slot.” Tapi gimana ya? Kadang yang paling bikin kita lemah, bukan kata-kata manis. Tapi hal-hal kecil, random, gak penting, tapi punya makna yang gak bisa dijelasin. Kayak... notifikasi jam 07:38 pagi, cuma satu baris, tapi bikin dada sesak seharian.

Saat Scatter Gagal, Kenangan Muncul

Kemarin malam aku iseng muter slot lagi. Sendiri. Tanpa ekspektasi. Tapi ada satu momen yang bikin aku senyum miris. Aku dapet tiga scatter, tapi simbol keempat lewat begitu aja. Dan aku langsung bilang ke diri sendiri, “Tuh kan, sama kayak hubungan kemarin. Nyaris, tapi gak cukup.”

Entah kenapa, game ini selalu bisa jadi metafora hidupku. Saat aku kalah, rasanya kayak kehilangan dia. Saat aku menang, rasanya seperti waktu kita ketawa bareng sambil lihat saldo naik. Dan ketika layar jadi abu-abu, saldo habis, aku merasa kosong. Bukan karena uang, tapi karena gak ada dia di situ.

Padahal dulu kita punya banyak ritual. Scatter pagi itu katanya hoki. Buka game pas hujan turun katanya bawa keberuntungan. Bahkan warna kaos juga dihitung. Aneh, ya? Tapi hal-hal aneh itu yang bikin hubungan kami terasa nyata.

Balasan yang Tak Pernah Dikirim

Setelah dua hari, aku masih belum balas pesannya. Bukan karena gak mau, tapi karena takut. Takut kalau setelah balas, dia hilang lagi. Takut kalau satu kata dari aku malah jadi titik akhir, bukan koma.

Aku nulis draft balasan berkali-kali. “Masih inget, tapi gak yakin perlu lanjut.” Atau, “Kalau mau, kita bikin akun baru aja. Mulai lagi, tapi tanpa luka.” Tapi gak satu pun kukirim.

Dan jujur, bagian dari diriku masih berharap: gimana kalau kita gak cuma lanjut main, tapi lanjut hidup bareng? Kayak dulu. Saling tunggu scatter, saling dorong pas kalah, saling rayakan tiap bonus drop.

Mungkin Aku Perlu Buy Spin ke Diri Sendiri

Malam ini aku mikir: mungkin selama ini aku terlalu sibuk nunggu scatter dari orang lain, padahal aku lupa buy spin ke diriku sendiri. Mungkin aku perlu berhenti nunggu, dan mulai mainkan hidupku dengan tombolku sendiri.

Aku bisa uninstall aplikasinya, atau ganti akun. Tapi gak semua kenangan bisa dihapus paksa. Dan mungkin... gak semua yang selesai itu harus benar-benar ditinggal. Kadang kita cuma perlu menaruhnya di folder “pernah penting”. Biar gak ganggu, tapi juga gak dilupain.

Dan kalau besok HP-ku bunyi lagi, aku gak akan langsung berharap itu free spin. Atau dia. Tapi kalau memang salah satunya, semoga aku udah siap. Entah untuk putar lagi, atau untuk keluar dari game dan akhirnya istirahat.

Karena yang paling bikin menang, bukan scatter atau saldo tinggi. Tapi keberanian untuk bilang: cukup, aku udah main sejauh ini. Sekarang waktunya rehat.